![]() |
Sebelum industri pariwisata berkembang, masyarakat Bali bertumpu pada sektor pertanian karena merupakan daerah agraris. Oleh karenanya memelihara sapi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan warga Bali. Selain dipergunakan untuk membajak sawah, sapi juga dapat dimanfaatkan kotorannya menjadi pupuk kandang yang sangat baik.
Sapi Bali (Bos sondaicus) adalah salah satu bangsa sapi asli dan murni Indonesia, yang merupakan keturunan asli banteng (Bibos banteng) dan telah mengalami proses domestikasi yang terjadi sebelum 3.500 SM, sapi Bali asli mempunyai bentuk dan karakteristik sama dengan banteng. Sapi Bali dikenal juga dengan nama Balinese cow. Keunggulan sapi Bali adalah mudah beradaptasi dengan lingkungan yang baru, sehingga sering disebut ternak perintis. Ditinjau dari karakteristik karkas dan bentuk badan yang kompak dan serasi, sapi Bali digolongkan sapi pedaging ideal, bahkan nilai mutu dagingnya lebih unggul daripada sapi pedaging Eropa.
Saat ini populasi sapi Bali terancam menurun, bahkan ditakutkan punah jika steakholder yang ada tidak turut serta dalam menjaga kelestarian sapi Bali ini. Populasi sapi Bali terbanyak berada di kabupaten Buleleng kemudian kedua diduduki oleh kabupaten Karangasem pada tahun 2020. Bali hendaknya dapat menjadi rumah atau pusat untuk pembudidayaan Sapi Bali itu sendiri, karena merupakan asset yang sangat berharga, bukan malah dipusatkan di daerah lain.
I Wayan Sumatra, ST anggota DPR D Karangasem dari fraksi PDI Perjuangan sangat aktif menyuarakan keberadaan pertanian serta peternakan yang ada di Kabupaten Karangasem pada umumnya serta Kecamatan Sidemen, Selat, Rendang pada khususnya yang merupakan daerah konstituennya.
Belum lama ini dia berbincang langsung dengan pelaku bisnis sapi Bali dan petani ternak sapi Bali di desa Kertha Bhuana kecamatan Sidemen untuk mengetahui bagaimana sebenarnya kondisi sapi Bali saat ini.
I Wayan Joni adalah seorang pelaku bisnis sapi Bali dengan lugas mengutarakan keberadaan sapi Bali saat ini. Dia menuturkan bahwa keberadaan sapi saat ini turun drastis yang diperkirakan hampir mencapai 50 persen. Hal ini dia katakan karena selama ini dia telah keliling ke beberapa desa disekitaran kecamatan sidemen untuk mengetahui perkembangan sapi Bali di petani. Bahkan, dia beberapa kali pernah melihat langsung aktivitas jual beli sapi di pasar Beringkit kabupaten Badung, yang sebelumnya sangat padat dengan sapi Bali kini sepi.
“Kalau dulu kalau ke pasar Beringkit untuk parkir saja susah, tetapi sekarang di dalam pasar kita bisa main silat dan main karapan sapi saking sepinya.” Ujar Wayan Joni.
Ditanyakan oleh I Wayan Sumatra, tentang faktor – faktor yang mempengaruhi menurunnya populasi sapi Bali saat ini, Joni menambahkan bahwa penjualan indukan sapi, serta bibit sapi ke luar Bali menjadi penyumbang terbesar dalam penurunan populasi sapi Bali.
Lebih lanjut Joni juga membeberkan alasan maraknya penjualan sapi Bali ke luar Bali karena masyarakat luar Bali telah mengetahui bahwa kualitas daging sapi Bali sangat bagus, sehingga banyak dikembangkan di luar Bali serta harga bibit sapi Bali terbilang lebih mahal dibandingkan sapi jenis lainnya yang berakibat banyak petani yang menjualnya.
Joni menyarankan agar sapi Bali yang dijual ke luar Bali adalah sapi yang siap potong saja, sehingga keberadaan sapi Bali dapat lestari.
Joni juga menambahkan bahwa meskipun regulasi telah dibuat oleh pemerintah untuk melindungi kelestarian sapi bali, namun langkah - langkah kongret atau implementasinya dilapangan belum dirasakan oleh petani, seperti insentif terhadap peternak, penyuluhan berkelanjutan dan lain sebagainya.
Lain Halnya dengan Bapak Kadek yang merupakan peternak sapi, dia berharap kepada pemerintah agar turun langsung ke petani ternak sapi untuk memberikan penyuluhan tentang tata cara ternak sapi yang baik, sehingga produksi dan populasi sapi Bali menjadi meningkat.
I Wayan Sumatra menandaskan bahwa pentingnya peran pemerintah untuk memberikan penyuluhan atau pembinaan bahkan insentif kepada para petani ternak sapi Bali guna memotivasi mereka untuk bersemangat dalam memelihara sapi Bali. serta bagi pelaku atau pebisnis jual beli sapi agar tidak berorientasi keuntungan semata tanpa memperhatikan keberlangsungan populasi sapi, jangan tergiur keuntungan jangka pendek menjual indukan atau bibit lalu mengorbankan kelangsungan jangka panjang yang mengancam populasi sapi bali ke depan.
Reff: www.e-jurnal.com – Sapi Bali
Komentar
Posting Komentar